Monday 8 December 2014

perjalanan jihad nabi musa

Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api.[11]
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kanaan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi timur sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan.
Garis waktu kehidupan Musa adalah sebagai berikut:
  • Musa dilahirkan ratusan tahun setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.
  • Musa berasal dari suku Lewi.

Etimologi Nama

Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:
Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[12]
Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer).[13] Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani.[14] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".[15]
Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian" -- yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.[12][16]
  • Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. [17] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.

Latar Belakang Kelahiran

sumber: Kitab Keluaran pasal 1
Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir, yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan, Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir. Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu Yakub (yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat keluarganya tadinya berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah awal mulanya bangsa Israel dapat tinggal di Mesir.
Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."[18]
Oleh karena itu, raja (Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
  1. Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.[19] Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.[20]
  2. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.[21]
  3. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
    Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.[22]
  4. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."[23]
  5. ( sumber : wekepedia ), selengkapnya http://weeklyyouthpay.com/?499756

No comments:

Post a Comment